Pendidikan Vokasi: Memperkuat Kemitraan untuk Membangun Masa Depan Aceh

Lhokseumawe, 24 September 2024 – Dalam upaya memperkuat kolaborasi dan kemitraan antara pemangku kepentingan di Aceh, Direktorat Mitrasdudi, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, meluncurkan program fasilitasi kemitraan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan antara dunia pendidikan vokasi dan industri.

 

Salah satu kegiatan program fasilitasi kemitraan melalui Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL) mengadakan pertemuan penting dengan 25 orang perwakilan media cetak, elektronik, dan online di Hotel Diana. Acara bertajuk "Vokasi di Mata Media" ini bertujuan untuk memperkuat sinergi antara pendidikan vokasi dan media, sekaligus mendiskusikan tantangan dan harapan pendidikan vokasi di Aceh.

 

Dalam pertemuan dengan insan media, Direktur PNL Rizal Syahyadi menekankan pentingnya pendidikan vokasi yang mengombinasikan hampir 70 persen praktek dan 30 persen teori. “Kami berkomitmen untuk mempersiapkan lulusan yang mandiri, unggul, terampil, inovatif dan profesional seiring sejalan dengan tuntutan zaman dewasa ini," ujarnya.

 

Pria yang biasa disapa Didi juga menyoroti bahwa lulusan vokasi harus memiliki worldskill untuk bersaing di pasar kerja global. “Di era revolusi Industri 4.0, kemampuan lulusan untuk beradaptasi dengan perubahan dan menguasai keterampilan praktis yang relevan sangatlah penting,” tambahnya.

 

Lebih lanjut, disampaikan bahwa sinkronisasi kurikulum pendidikan vokasi dari tingkat SMK hingga politeknik sangat penting untuk menghasilkan lulusan dengan standar global. Hal ini dianggap krusial untuk menghadapi tantangan era Industri 4.0 yang semakin kompetitif.

 

Namun, Didi menekankan bahwa meskipun banyak alumni PNL dan alumni vokasi lainnya telah berkontribusi di berbagai sektor, minimnya investasi industri di wilayah Lhokseumawe, Aceh Utara, dan Aceh menjadi hambatan signifikan. Kesenjangan antara jumlah lulusan dan serapan tenaga kerja dapat memperburuk tingkat pengangguran.

 

Program penguatan ekosistem kemitraan untuk pengembangan inovasi berbasis potensi daerah Aceh juga menjadi sorotan dalam acara ini. Program dari Mitrasdudi yang didukung oleh pendanaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ini telah menghasilkan policy paper tentang perencanaan ketenagakerjaan vokasi (workforce planning) dan perencanaan inovasi (innovation planning) yang diserahkan kepada Pemerintah Aceh pada Agustus 2024. Policy paper ini dihasilkan oleh konsorsium Perguruan Tinggi Vokasi Aceh, yang terdiri dari Politeknik Negeri Lhokseumawe (sebagai ketua konsorsium), dengan beranggotakan Politeknik Aceh, Politeknik Aceh Selatan, dan Akademi Komunitas Negeri (AKN) Aceh Barat.

 

Dalam konteks ini, peran Tim Koordinasi Daerah Vokasi (TKDV) Aceh sangat diperlukan untuk mengoordinasikan semua pemangku kepentingan dalam menciptakan ekosistem yang mendukung pendidikan vokasi. Kolaborasi yang erat dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Aceh serta media diharapkan dapat memberikan informasi yang mendorong daya tarik investasi di Aceh. “Kami berharap dukungan dari pemerintah daerah dapat mendorong investasi berkelanjutan di sektor industri, sehingga lulusan vokasi kita dapat terserap di pasar kerja,” ujar Didi.

 

Sementara itu, Wakil Direktur III Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Sistem Informasi PNL Muhammad Arifai mengatakan, acara vokasi di mata media juga memberikan kesempatan bagi wartawan untuk mengajukan pertanyaan dan menyampaikan pandangan mereka tentang pendidikan vokasi serta peran media dalam membangun kesadaran masyarakat. Media memiliki kapasitas yang signifikan untuk mengedukasi publik mengenai pentingnya pendidikan vokasi serta urgensi dukungan dari industri dan pemerintah.

 

Selain itu, Arifai menambahkan bahwa lulusan PNL juga dibekali dengan softskill yang memadai dan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) berlisensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Ini merupakan wujud nyata komitmen PNL dalam menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap bersaing di pasar kerja, baik di tingkat nasional maupun global.

 

Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk media, pemerintah, dan industri, PNL berharap bahwa lulusan vokasi tidak hanya mampu bersaing di pasar lokal, tetapi juga dapat berkontribusi di tingkat global. Program-program ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antara pendidikan vokasi dan sektor industri, menciptakan generasi muda yang siap kerja dengan keterampilan global, menjadikan Aceh sebagai daerah yang berdaya saing tinggi dalam pendidikan vokasi. [HumasPNL]